Powered By Blogger

Selasa, 09 Agustus 2011

Potret Nyata Betapa Liarnya Pengendara Motor Di Indonesia!!

1. Melawan arus



Dengan alasan macet, ingin cepat sampai, terburu-buru banyak pengendara motor yg seringkali melawan arus. Selain berbahaya bagi diri sendiri, juga berbahaya bagi pengendara kendaraan dari arah lain. Malah bisa menambah parah kemacetan.

Jika ingin sampai tepat waktu, atur waktu perjalanan, prediksikan hal-hal yang tidak terduga (sperti macet) atau berangkatlah lebih pagi
Quote:
2. merampas hak pejalan kaki


Naik ke trotoar


naik ke jembatan penyebrangan


buta huruf


berhenti di zebra cros

Quote:
3. Mengabaikan keselamatan


gak pake helm,boncengan 3 pula


gak pake spion


pake sendal


gak ada lampu belakang
Quote:

4. pelanggaran-pelanggaran lain









Pelacur Robot Yang Pertama Ciptaan Jepang




Keluaran Jepun awal tahun 2010 adalah Roxxxy, robot berbentuk seorang wanita yang mampu memberi layanan seksual pada lelaki yang kehausan seks..
Dengan fungsi yang sama seperti Sex Dolls yang ada saat ini, tetapi Roxxxy ini jauh lebih canggih kerana di dalam tubuhnya ditanam hardisk, Wi-Fi dan lainnya sehingga Roxxxy boleh berinteraksi dengan lelaki...
Mungkin lebih tepat dikatakan si Roxxxy ini kombinasi antara Sex Dolls dengan robot yang boleh memberi informasi mulai dari cuaca, saham dan lainnya, ditambah perbendaharaan kata yang “nakal” menggoda tentunya.
Inilah beberapa fungsi yang dimiliki Roxxxy:

– Dapat berkomunikasi baik mendengar mahupun berbicara
– Merasakan sentuhan anda, dan bersuara rengekan seperti gadis yang dalam kepuasan seks.
– Boleh “orgasme”
– Di programkan AI (Artificial intelligence) yang membuatnya boleh tahu tentang apa yang disukai dan tidak disukai oleh anda
– Dikeluarkan dalam 5 bentuk gaya yang boleh di pilih:
- Harganya US 7000

Mobil Hibrida Rekayasa Indonesia, Seharga Rp 50 Juta

Mobil, Hibrida, Rekayasa, Indonesia, Seharga, Rp 50 Juta
Pada acara Eco Products International Fair, yang berlangsung dari 4–7 Maret lalu, ternyata ada hal yang cukup menarik di bidang otomotif tetapi kurang mendapatkan perhatian, yaitu mobil ramah lingkungan karya putra-putri bangsa Indonesia. Keduanya, mobil hibrida dan listrik di stan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Kedua mobil tersebut kurang begitu menarik perhatian karena salah satunya adalah Kijang Super keluaran awal 1990-an, dan satu lagi hatchback kecil. Hanya saja, tulisan di samping mobil itu cukup menarik bagi orang-orang tertentu. Pada Kijang Super ditulis “The 1st Electric Car Conversion”. Sedangkan satu lagi “The 1st Hybrid Elecric Vehicle”. Menariknya lagi, mobil hibrida ini kalau dibikin secara massal, ongkos produksinya diperkirakan Rp 50 juta.
Kedua mobil ditemui secara kebetulan karena sebagian wartawan menunggu acara pengumuman pemenang Toyota Eco Youth dengan panggung berada di depan stan LIPI. Bila tidak, bisa saja terlewatkan.
Berdasarkan keterangan Humas LIPI yang bertugas saat itu, Mustari, kedua mobil ini direkayasa oleh LIPI Bandung, yang menangani masalah instrumentasi dan mekatronika.
Tipe seri
Tentu saja menarik, di saat mobil hibrida lagi nge-tren di dunia saat ini, muncul karya asli buatan Indonesia. Sebuah hatchback kompak dengan penampilan secukupnya. Sayang, ketika diminta detail dimensinya, Mustari mengaku tidak mempunyai.
Hanya dijelaskan, mobil ini dilengkapi dengan generator dengan mesin 160 cc di belakang, sedangkan baterai di depan. Fungsi mesin untuk mengisi baterai. Selanjutnya mobil dijalankan oleh baterai. Tepatnya, mobil hibrida yang dicoba diteliti oleh LIPI adalah tipe seri. Artinya, mobil digerakkan oleh motor listrik.
Dari spesifikasi sumber penggerak dijelaskan, mobil ini menggunakan motor listrik 2-fasa dengan tegangan 72 volt, arus AC. Tenaga maksimum yang bisa dihasilkan 43 PS pada putaran 7.500 rpm. Sedangkan torsi 129 Nm. Sistem kontrol 72 volt/550 ampere.
Untuk baterai, memang bukan lithium-ion. Namun, paketnya adalah 72 volt/220 Ah. Mobil dilengkapi dengan charger 72V/25 ampere. Menurut Mustari, kemampuan mobil ini untuk dikebut 70 km/jam.
Interior mobil ini sangat sederhana dan tampaknya dikerjakan oleh mereka yang bukan ahli di bidangnya. Ini bisa dilihat dari jahitan trim interior, baik jok, setir, dan dashboard. Bahkan ketika pintu coba dibuka-tutup, tidak seperti kondisi mobil yang dijual di pasaran.
Menurut Mustari, mobil hibrida yang dikerjakan dengan trail and error menghabiskan dana Rp 200 juta. “Kalau dibikin secara massal, harganya bisa Rp 50 juta, seperempat harga penelitian,” jelasnya. Kondisinya tanpa AC dan perlengkapan hiburan serta kemudahan pengemudi atau penumpang lainnya.
Dijelaskan pula, mobil ini mulai dikerjakan LIPI sejak tahun lalu dan lebih diutamakan untuk mendalami sistem penggeraknya. “Kita coba memamerkan, siapa tahu ada perusahaan yang ingin memanfaatkan, melakukan investasi membuat mobil hibrida rekayasa ahli kita,” jelas Mustari.
Baterai
Achmad Rizal, Marcomm PT TAM, insinyur lulusan ITB, ketika diminta komentar tentang mobil hibrida dan listrik LIPI ini mengatakan, secara pribadi pengembangan yang dilakukan oleh LIPI ini kurang pas. “Kalau mau mengembangkan teknologi, coba bikin baterai. Pengembangan yang banyak dilakukan perusahaan sekarang ini fokus pada baterai,” tegasnya.
Dijelaskan, komponen seperti motor listrik, sistem kontrol (elektronik), dan lainnya tidak menjadi masalah. “Coba kalau dibikin baterai yang bisa diisi dengan cepat, ringan, dan kemampuan menyimpan energi tinggi, dipastikan akan dicari bukan hanya oleh produsen mobil, juga oleh gadget elekronik,” komentar Rizal.

Sejarah sepeda Motor di Indonesia


Sejarah ,sepeda, Motor , Indonesia
Sepeda motor memiliki sejarah yang panjang di negeri ini. Sepeda motor sudah hadir sejak negara ini berada di bawah pendudukan Belanda dan masih bernama Hindia Timur, Oost Indie atau East India.
Data yang ada menyebutkan, sepeda motor hadir di Indonesia sejak tahun 1893 atau 115 tahun yang lalu. Uniknya, walaupun pada saat itu negara ini masih berada di bawah pendudukan Belanda, orang pertama yang memiliki sepeda motor di negeri ini bukanlah orang Belanda, melainkan orang Inggris. Dan, orang itu bernama John C Potter, yang sehari-hari bekerja sebagai Masinis Pertama di pabrik gula Oemboel (baca Umbul) Probolinggo, Jawa Timur.
Foto : Goddy Younge dengan Harley Davidson (1917)

Dalam buku Krèta Sètan (de duivelswagen) dikisahkan bagaimana John C Potter memesan sendiri sepeda motor itu ke pabriknya, Hildebrand und Wolfmüller, di Muenchen, Jerman.
Sepeda motor itu tiba pada tahun 1893, satu tahun sebelum mobil pertama tiba di negara ini. Itu membuat John C Potter menjadi orang pertama di negeri ini yang menggunakan kendaraan bermotor.
Sepeda motor buatan Hildebrand und Wolfmüller itu belum menggunakan rantai, belum menggunakan persneling, belum menggunakan magnet, belum menggunakan aki (accu), belum menggunakan koil, dan belum menggunakan kabel-kabel listrik.
Sepeda motor itu menyandang mesin dua silinder horizontal yang menggunakan bahan bakar bensin atau nafta. Diperlukan waktu sekitar 20 menit untuk menghidupkan dan mestabilkan mesinnya.
Foto : Motor buatan Hildebrand und Wolfmüller milik John C Potter setelah direstorasi (1932).

Pada tahun 1932, sepeda motor ini ditemukan dalam keadaan rusak di garasi di kediaman John C Potter. Sepeda motor itu teronggok selama 40 tahun di pojokan garasi dalam keadaan tidak terawat dan berkarat.
Atas bantuan montir-montir marinir di Surabaya, sepeda motor milik John C Potter itu direstorasi (diperbaiki seperti semula) dan disimpan di kantor redaksi mingguan De Motor. Kemudian sepeda motor antik itu diboyong ke museum lalu lintas di Surabaya, yang kini tidak diketahui lagi di mana lokasinya.
Seiring dengan pertambahan jumlah mobil, jumlah sepeda motor pun terus bertambah. Lahirlah klub-klub touring sepeda motor, yang anggotanya adalah pengusaha perkebunan dan petinggi pabrik gula. Berbagai merek sepeda motor dijual di negeri ini, mulai dari Reading Standard, Excelsior, Harley Davidson, Indian, King Dick, Brough Superior, Henderson, sampai Norton. Merek-merek sepeda motor yang hadir di negeri ini dapat dilihat dari iklan-iklan sepeda motor yang dimuat di surat kabar pada kurun waktu dari tahun 1916 sampai 1926.

Foto : Peserta Motor Touring Club berfoto di Jalan Braga, Bandung (1914)
Lintas Jawa
Tidak mau kalah dengan pengendara mobil, pengendara sepeda motor pun berupaya membukukan rekor perjalanan lintas Jawa dari Batavia (Jakarta) sampai Soerabaja (Surabaya) yang berjarak sekitar 850 kilometer.

Foto : Frits Sluijmers dan Wim Wygchel berpose sejenak setelah tiba di Surabaya (1917)

Tanggal 7 Mei 1917, Gerrit de Raadt dengan mengendarai sepeda motor Reading Standard membukukan rekor perjalanan dari Jakarta ke Surabaya dalam waktu 20 jam dan 45 menit. Sepuluh hari setelahnya, 16 Mei 1917, Frits Sluijmers dan Wim Wygchel yang secara bergantian mengendarai sepeda motor Excelsior memperbaiki rekor yang dibukukan Gerrit de Raadt. Mereka mencatat waktu 20 jam dan 24 menit, dengan kecepatan rata-rata 42 kilometer per jam.
Rekor itu tidak bertahan lama. Sembilan hari sesudahnya, 24 Mei 1917, Goddy Younge dengan sepeda motor Harley Davidson membukukan rekor baru dengan catatan waktu 17 jam dan 37 menit, dengan kecepatan rata-rata 48 kilometer per jam.
Rekor itu sempat bertahan selama lima bulan sebelum dipecahkan oleh Barend ten Dam yang mengendarai sepeda motor Indian dalam waktu 15 jam dan 37 menit pada tanggal 18 September 1917, dengan kecepatan rata-rata 52 kilometer per jam.
Melihat rekornya dipecahkan oleh Barend ten Dam, enam hari sesudahnya, 24 September 1917, Goddy Younge yang berasal dari Semarang kembali mengukir rekor baru dengan catatan waktu 14 jam dan 11 menit, dan kecepatan sepeda motor Harley Davidson yang dikendarainya rata-rata 60 kilometer per jam.
Pada awal tahun 1960-an, mulai masuk pula skuter Vespa, yang disusul dengan skuter Lambretta pada akhir tahun 1960-an. Pada masa itu, masuk pula sepeda motor asal Jepang, Suzuki, Honda, Yamaha, dan belakangan juga Kawasaki.
Seiring dengan perjalanan waktu, sepeda motor asal Jepang mendominasi pasar sepeda motor di negeri ini. Urutan teratas ditempati oleh Honda, diikuti oleh Yamaha di tempat kedua dan Suzuki di tempat ketiga.

Sejarah Mobil Pertama di Indonesia

Penasaran dengan sejarah awal masuknya kendaraan roda empat bernama mobil di negara tercinta kita ini?? apa anda ingin tahu bagaimana bentuk mobil pertama yang ada di indonesia??
Orang Indonesia pertama yang tercatat sebagai pemilik mobil adalah Sunan Solo, pada tahun 1894. Mobilnya bermerk Benz, tipe Carl Benz, beroda empat. Diperlukan waktu satu tahun persiapan pembuatannya, karena tipe ini memiliki banyak variasi sesuai dengan pesanan Sunan. John.C.Potter seorang penjual mobil mendapat kepercayaan untuk mengurusi pengirimannya dari Eropa.
Tahun 1907 salah seorang keluarga raja lain di Solo, Kanjeng Raden Sosrodiningrat membeli sebuah mobil merk Daimler. Mobil merk ini memang tergolong mobil mahal dan hanya dimiliki oleh orang-orang berkedudukan tinggi. Mobil ini bekerja dengan empat silinder sama dengan kendaraan yang dipakai oleh Gubernur Jenderal di Batavia. Malahan ada kabar burung, bahwa dibelinya mobil Daimler tersebut oleh keluarga Sunan Solo, disebabkan karena Sunan tidak mau kalah gengsi dengan Gubernur Jenderal. Sebelumnya, ketika Gubernur masih menggunakan mobil merk Fiat atau sebuah kereta yang ditarik dengan 40 ekor kuda, tidak seorang pun berani menyainginya. Tetapi tiba-tiba saja Sunan Solo memesan mobil dari pabrik dan merk yang sama, Kanjeng Raden Sosrodiningrat memesan mobil Daimlernya lewat Prottel & Co.

Orang Indonesia lainnya yang juga dari keluarga kesultanan yang memiliki mobil pribadi ialah Sultan Ternate pada tahun 1913. Keinginannya untuk memiliki dan mengendarai sendiri ‘kereta setan’, setelah merasakan nikmatnya duduk di kendaraan merk King Dick yang dibawa oleh seorang Belanda dalam perjalanan keliling Maluku. Sultan begitu terkesan dan langsung memesan sebuah mobil yang disesuaikan dengan kondisi daerahnya, tidak seperti King Dick yang beroda tiga, tetapi Sultan Ternate menginginkan kendaraan roda empat yang bisa dibawa kemana saja bila ia inginkan.

Ada juga orang Indonesia yang lain, sebagai pemilik mobil pertama untuk daerahnya, di Pekalongan. Namanya Raden Mas Ario Tjondro, Bupati Berebes. Di tahun 1904 mobilnya sudah kelihatan mondar-mandir di kotanya. Mobilnya merk Orient Backboard, mobil ini dilengkapi dengan persneling maju dan mundur. Tetapi hanya memiliki satu silinder dan berkekuatan delapan PK, serta menggunakan tenaga rantai untuk menggerakan roda-rodanya.
Ramainya pasar jual-beli mobil, menggugah minat para pengusaha kuat untuk bertindak sebagai importir mobil. Gagasan untuk terjun ke dalam dunia dagang sektor impor kurun waktu itu memang masih sangat langka. Disamping belum adanya kepastian hukum, juga semangat beli masih bisa dihitung dengan jari. Maka bermunculanlah perusahan-perusahaan baru yang menjanjikan jasa kepengurusan pengiriman mobil dari negeri asal. Baik dari Eropa maupun dari Amerika. Namun hanya ada beberapa nama saja yang bisa bertahan sampai tahun-tahun menjelang Perang Dunia ke II. Diantara mereka adalah R.S Stockvis & Zonnen Ltd, yang tidak saja mengurus pesanan mobil-mobil Eropa maupun Amerika tetapi juga menyediakan suku-suku cadang lain yang diperlukan untuk mobil dan motor. Juga nama Verwey & Lugard dan Velodrome yang berkantor pusat di Surabaya.
Nama-nama lain yang kurang menerima pesanan impor seperti pemilik mobil O’herne yang juga memiliki mobil Peugeot juga akhirnya berminat menjadi perantara importir mobil seperti merk yang dimilikinya. Juga nama H.Jonkhoff yang berangkat dari pengusaha Piano kemudian menanamkan modalnya untuk bertindak sebagai agen impor mobil dari Amerika seperti merk Ford, Studebaker dan mobil-mobil keluaran Jerman, Darraq, Benz, Brasier, Berliet dan lainnya. Ada juga usaha untuk mendatangkan mobil-mobil Italia dan Perancis yang pada saat itu di Batavia kurang mendapat pasaran. Namun ternyata, setelah ditangani dengan publikasi/promosi yang baik produksi kedua negara tersebut jadi banyak dibeli, terutama mobil merk Fiat yang mungil bentuknya namun bertenaga besar. Cabang para importir mobil tersebut bukan hanya di Batavia dan Surabaya, tetapi ada juga di Semarang, Bandung, Medan dan kota lainnya.

BMW "Bangkitkan" Motor Teloskopik Pertama di Dunia




THECOOLIST.COM

JERMAN, KOMPAS.com — BMW yang terlupakan dibangkitkan kembali dari "kuburnya" di sebuah peti penyimpanan. Mengapa? Motor ini tidak sempat diproduksi massal, bahkan tertunda untuk hadir dalam sebuah pameran. Padahal, motor tersebut mencerminkan sejauh mana BMW pernah membuat sepeda motor, yang boleh dibilang terbaik bahkan mendahului zamannya.
Motor itu adalah prototipe BMW R7. Ceritanya diawali dari seorang jurnalis asing yang pada suatu kali mengaku melihat sebuah BMW R7 prototipe tersebut saat berjalan-jalan di sebuah gunung. Dengan berbagai dorongan, MW Mobile Tradition (sekarang bernama BMW Classic), sebuah divisi khusus BMW, mengiyakan restorasi tersebut.
Perakitan ulang kendaraan rancangan Alfred Bouning tahun 1937 ini pun mengungkap keunikan-keunikannya. Salah satunya, BMW R7 tercatat sebagai motor pertama yang menggunakan suspensi teleskopik. Memang, The Scott Motorcycle sudah menggunakan perangkat itu pada 1908. Namun, suspensi tersebut dinilai tidak berfungsi semestinya, jauh dari apa yang ada pada R7 ini.
Keunikan lainnya, desain "cangkang" yang terpasang dari area setang dan berakhir di poros roda belakang. Di dalamnya tersimpan mesin dan sistem kelistrikan.
Yang tak kalah unik, lampu rem yang bahkan ditambahi tulisan stop untuk mempertegas bahwa motor ini berhenti. Sementara itu, sistem perpindahan giginya diadposi dari gaya berpindah gigi mobil cog swapping, tetapi dengan kopling tangan.
Mesinnya pun berkapasitas besar pada eranya, yaitu 800 cc. Kala itu, BMW sudah membuat R32 dengan mesin 486 cc. Dengan bentuk bodi yang aerodinamik dan pijakan kaki panjang, R7 memang dirancang untuk kecepatan tinggi sekaligus sebagai kendaraan yang elegan.
Sejumlah hal di atas ditambah teknologi baru lainnya membuat ongkos produksi R7 membengkak. Tak kalah apes, perang berkecamuk dan orientasi pembuatan motor pun dialihkan, salah satunya ke kendaraan perang. Oleh karenanya, BMW urung diri menghadirkan motor tersebut. Namun setelah restorasi berhasil, kini kita bisa melihat wujudnya sekaligus menilai-nilai, seideal apakah "motor hebat" bagi seorang Alfred Bouning dan BMW pada masa itu
Sumber :
BMBikes.co.uk

Motor Pertama Kali Yamaha Di Ajang Balapan…


Ajang GP Assen 2011 dimenangkan oleh Ben Spies. Selain podium tertinggi pertama buat pembalap asal Amerika Serikat, juga istimewa buat Yamaha yang sedang merayakan tahun emas 50th Anniversary. Yup…Yamaha resmi pertama kali ikut serta dalam ajang Grand Prix di tahun 1961. Namun ternyata sebelum tahun 1961, Yamaha sudah turun balap pertama kali di tahun 1957.

Tepatnya di balapan Asama Highlands. Menggunakan motor YD racer berkapasitas 250 cc, 2 tak, 2 silinder yang disandingkan dengan rangka tipe double cradle.  Yang unik 2 mesin berbeda dipersiapkan guna memenangi balapan yakni motor YD-A dengan diameter & langkah 54×54 mm serta motor YD-B dengan spek 56×50 mm. Tenaga yang dihasilkan mencapai 26 ps. Saat itu rata2 motor 250 cc adalah bobotnya 100 kg, namun Yamaha bisa menurunkan bobotnya hingga 20 kg lebih ringan dibandingkan dengan kompetitornya. Bobot enteng membuat YD racer berakselerasi dengan cepat. Podium utama akhirnya bisa didapat. Tahun 1958, pembalap Ito Fumio sukses menjuarai balapan Catalina di Amerika Serikat. Motor yang digunakan berbeda namun basisnya tetap sama YD. Kali ini mesin yang digunakan adalah 125 cc, 1 silinder, 2 tak yang diberi kode YA-A & YA-B.

motor pertama buatan YAMAHA


Yamaha YA 1
Yamaha YA-1  diproduksi pertama kali pada 1945. Motor yang punya nama lain Akatombo atau "Red Dragonfly" ini merupakan motor pertama bikinan Yamaha.  Motor bertenaga 125cc ini cukup sukses di pasaran.Produksi berikutnya menggunakan engine 175cc.  Produksi motor berikutnya adalah twin cylinder YDI di tahun 1957, sanggup mengeluarkan power 20 bHP dan memenangkan ajang Race Mount Asama di Jepang.
"Saya ingin melakukan percobaan manufaktur mesin sepeda motor" ujar Genichi Kawakami (Presiden Yamaha Motor pertama) pada 1953.  Untuk itu Kawakami nggak main-main. Sebelum membuat motor, dia melakukan riset dan kerap mengunjungi Amerika untuk mempelajari peluang di bisnis ini. Riset untuk membangun sepeda motor dia lakukan sampai ke pabrik sepeda motor di Jerman.
"Jika Anda membuatnya, maka jadikanlah yang terbaik" adalah motto mereka dalam menciptakan sepeda motor. Semua itu dituangkan pada pembangunan prototype pertama sepuluh bulan kemudian. Tepatnya bulan Agustus 1954 keluarlah Yamaha YA-1. sepeda motor dengan spesifikasi berpendingin udara, 2-stroke, 125 cc dengan satu silinder mesin. Setelah selesai sepeda motor tersebut di uji sejauh 10.000 km yang belum pernah dilakukan sebelumnya dan memastikan bahwa kualitasnya adalah kelas atas.
Motor 125cc tersebut dikenal sebagai YA1 alias Atakombo (dikenal juga sebagai Red DragonFly). The YA-1 adalah pola setelah DKW RT125 Jerman (yang juga telah disalin oleh perusahaan amunisi Inggris, Birmingham Small Arms Company, sebagai BSA Bantam, dan oleh Harley-Davidson sebagai Hummer).
Kemudian, pada Tahun 1955 setelah perang dunia II presiden Genichi Kawakami menyadari bahwa untuk membangun kembali Jepang, Negara membutuhkan alat transportasi terjangkau. Akhirnya Yamaha YA-1 alias “Red Dragonfly” mulai diproduksi dan sangat sukses dipasaran. Dengan keyakinan tersebut pada tanggal 1 Juli 1955 Yamaha Motor Co, Ltd didirikan dengan jumlah karyawan sebanyak 274 orang, dan sanggup memproduksi 200 unit sepeda motor perbulan.
Ikut Balap Tingkat Dunia
Pada tahun yang sama Yamaha YA-1 mengikuti acara balap motor terbesar di Jepang, yaitu Mt. Fuji Festival dan Asama Highlands Festival. Di debut balapan tersebut berhasil menjuarai di kelas 125 cc. Pada tahun berikutnya kembali Yamaha YA-1 merajai kelas tersebut. 
Tahun 1956, model kedua YCI siap dilahirkan, dengan 175 cc, silinder tunggal dan dua stroke. Di tahun 1957 mulai produksi yang pertama YD-1 250 cc, dua stroke twin merupakan perbaikan dari versi Jerman.
Untuk lebih meluaskan pemasaran Yamaha, pada tahun 1958 mulai merambah pasar Amerika dengan model andalan YD-1 250cc dan MF-150cc. dan ditahun yang sama Yamaha berhasil bertengger di posisi ke 6 pada gelaran balap international Catalina Grand Prix di Amerika Serikat.
Kesuksesan diajang balap membuat Yamaha makin melambung. Produksi motor berikutnya adalah twin cylinder YDI di tahun 1957, sanggup mengeluarkan power 20 bHP. Produksinya sekitar 15.811 motor. Selanjutnya Yamaha berkembang dengan cukup pesat. Pada 1959 keluarlah motor sport pertamanya yang dikenal sebagai YDSI. Dengan 5 speedgearbox. Tahun 1960, produksinya meningkat 6 kali lipat menjadi 138 ribu motor.
Mulai Merambah Mancanegara
Setelah berakhirnya Perang Korea, perekonomian Amerika Serikat begitu "booming" sehingga mendorong ekspor Jepang, khususnya motor Jepang ke Amerika Serikat. Tahun 1962 ekspor Yamaha ke US sebanyak 12 ribu motor. Kemudian tahun 1962 sudah mencapai 12 ribu unit. Demikian pula untuk tahun1963, kurang lebih 36 ribu unit terjual di Amerika.  Dan puncaknya ditahun 1964, ekspornya mencapai 87 ribu unit. Tahun 1963, Yamaha bikin motor 250cc, twin cylinder dan air cooled.  Sejak  itu Yamaha mulai dikenal di seantero Jepang. Tahun 1965, produksi Yamaha sudah mencapai 244 ribu unit dimana sebagian untuk eksport sedangkan sebagian lainnya konsumsi dalam negeri.

Motor Pertama di Dunia Laku Rp 1,189 Miliar


TEMPO Interaktif, London:Sepeda motor pertama di dunia, buatan perusahaan Hildebrand and Wolfmuller yang diproduksi 1894 terjual dengan harga 86.200 poundsterling atau sekitar Rp 1,189 miliar. Motor itu terjual di sebuah lelang yang digelar di perhelatan The International Classic Motor Show 2010 di Stafford, Inggris, 25 April lalu.
Sebelumnya, beberapa kalangan memperkirakan, motor tersebut akan terjual dengan harga di kisaran 40 - 60 poundsterling atau sekitar Rp560 - Rp840 juta. "Motor itu dibeli seorang kolektor pribadi asal Jerman," sebut Juru Bicara Bonhams, rumah lelang penyelenggara hajatan itu, seperti dikutip autoevolution.com, kamis (29/4).
Motor tertua di dunia itu bermesin 1.488 cc, twin cylinder, empat langkah, berpendingin air. Tenaga yang disemburkan mencapai 2,5 daya kuda pada 240 rpm. Kecepatan maksimal yang mampu digapai 30 mil per jam atau 57 kilometer per jam.
Tenaga dari mesin disalurkan ke roda bukan dengan rantai tetapi dengan krukas (crankshaft0 di roda belakang.
Adalah dua bersaudara, Henry dan Wilhelm Hildebrand yang pertama kali mengembangkannya. Kemudian, untuk memproduksi motor itu secara massa, keduanya menggandeng Alois Wolfmuller dan mekaniknya Hans Geisenhof.
Hanya, produksi itu tak berjalan mulus. Pasalnya, selang tiga tahun sejak pertama kali diproduksi atau 1897 Hildebrand and Wolfmuller menghentikan produksi. Kala itu, jumlah yang telah diproduksi hanya mencapai 800 unit, namun sudah terjual ke berbagai belahan dunia.
Lantaran populasinya yang langka itulah, motor itu banyak diburu oleh kolektor. Hanya, tak banyak yang mengetahui dimana saja model motor pertama di dunia itu berada.

Cari Blog Ini